Kebahagiaan pasangan menikah, dan juga ketidakbahagiaan mereka, ternyata tidak hanya ditentukan oleh karakter atau kepribadian masing-masing pihak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pasangan sangatlah beragam. Tetapi ada lima pola hubungan pernikahan atau tipe perkawinan yang biasanya terjadi, berdasarkan dimensi-dimensi yang biasanya berpengaruh dalam pernikahan.
Tipologi pasangan menikah dilihat dari berbagai faktor yang berpengaruh tersebut bisa dibagi menjadi lima tipe dan dapat memprediksi apakah mereka akan bahagia atau tidak dalam perkawinannya.
Inilah tipe perkawinan menurut David H. Olson, Ph.D., pakar masalah keluarga dan ilmu sosial dari University of Minnesota, Amerika Serikat.
1. Pernikahan Tanpa Vitalitas
Para pasangan dalam tipe perkawinan ini merasa tak menemukan kepuasan dalam semua faktor yang berperan dan selalu berada dalam keadaan labil. Parahnya lagi banyak dari pasangan dari tipe ini sudah mempertimbangkan perceraian sebagai jalan keluar dari perasaan tidak bahagia mereka, dan sering saling mengkritik kepribadian mereka. Pasangan tipe ini umum menikah pada usia terlampau belia, mempunyai pendapatan rendah, dan umumnya berasal dari keluarga yang amburadul. Kalaupun mereka mempertahankan pernikahan, sebabnya adalah karena mereka tak bisa melihat alternatif lain.
2. Pasangan Berkonflik
Banyak pasangan dari tipe ini yang merasa tak puas dalam banyak aspek penting dalam pernikahan mereka, yang biasanya meliputi ketidakpuasan dalam aspek seks, kepribadian pasangan, komunikasi, dan pemecahan masalah yang mereka hadapi. Karena kekecewaan tersebut, banyak pasangan dari tipe ini yang mencari pelarian, yaitu dengan mencari kepuasan dari dimensi eksternal, seperti menekuni hobi secara berlebihan atau mencari pelarian dalam ritual keagamaan. Persentase pasangan yang menginginkan perceraian dari tipe ini juga bisa dibilang tinggi.
3. Pasangan Seimbang
Para pasangan dalam tipe ini seringkali merasa cukup puas dalam banyak aspek penting kehidupan rumah tangga mereka, dengan kekuatan utama pada kemampuan komunikasi dan resolusi konflik yang mereka hadapi, dan kelemahan pada aspek finansial. Selain itu mereka memiliki kesamaan yang tinggi dalam aspek-aspek aktivitas waktu luang, pengasuhan anak, dan seksualitas, serta lebih mementingkan kepentingan keluarga batih. Walau begitu, kecenderungan bercerai masih lumayan tinggi.
4. Pasangan Harmonis
Para pasangan menikah yang termasuk dalam tipe ini bisa dibilang puas dengan pasangannya masing-masing, ekspresi kasih sayang yang ditunjukkan pasangan, serta kehidupan seksual merea. Sayangnya, kebanyakan dari mereka jadi terlalu mementingkan diri mereka berdua, sehingga kerap menganggap anak sebagai hambatan dalam hubungan dan menganggap menjadi orangtua adalah sumber masalah. Karena itu, masalah yang biasanya terjadi dalam pasangan ini adalah anak yang bermasalah.
5. Keluarga Penuh Vitalitas
Para pasangan menikah dari tipe ini biasanya menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi pada hampir semua aspek dalam pernikahan mereka. Mereka bisa menjalin hubungan dengan baik. Kepribadian mereka saling melengkapi, mampu menjalin komunikasi dengan baik, mencari solusi dari konflik yang mereka hadapi, dan puas secara seksual. Dalam dimensi eksternal pun mereka memiliki kecocokan yang tinggi. Ciri-ciri lainnya, pasangan tipe ini biasanya mapan secara finansial, menikah saat mereka sudah siap, dan berasal dari keluarga harmonis.
Menurut Olson, tipologi pasangan menikah diatas juga berhubungan dengan tingkat kebahagiaan pernikahan serta apakah perkawinan tersebut bisa bertahan atau tidak. Tetapi, tentu saja tingkat akurasinya tidak selalu tepat.