
Hadirnya Fiosa Osmani di kancah parlemen sebagai presiden kedua Kosovo. Ia seorang lulusan PhD Amerika Serikat, dengan usia 38 tahun dan telah menyandang gelar profesor hukum. Berkat kemampuan serta keilmuan yang Fiosa miliki beserta pengalaman menjadi penasehat partai sayap kanan. Hingga akhirnya memenangkan suara di parlemen Kosovo dari 120 jumlah parlemen dengan 71 dukungan untuk Fiosa.
Latar Belakang Fiosa Osmani Jadi Presiden
Menjadi presiden kedua yang dingakt oleh parlemen, Fiosa menggantikan Hasyim Tachi. Dimana Tachi mengundurkan diri akibat tuduhan padanya tentang kejahatan perang tahun 1998 hingga 1999. Saat itu Tachi merupakan ketua KLA dan dituduh terlibat dalam pembunuhan warga sipil hingga tewas 100 orang. Tachi kini berada di Den Haag Belanda, guna menunggu persidangan atas dakwaan dirinya.
Kekosongan presiden ini mendapat dukungan dari perdana menteri Kosovo untuk Fiosa. Dukungan parlemen yang kuat akhirnya Fiosa menjabat sebagai presiden muda bergenre wanita. Pengangkatan Fiosa sebagai presiden menuai protes, Fiosa dianggap tidak memiliki pengalaman serta keahlian dalam kepemimpinan.
Fiosa mampu membuktikan dirinya berani, dengan lantang berpidato mengenai hubungan yang retak dengan Serbia. Untuk bisa menjalin dan menormalkan kembali hubungannya bersama Serbia. Dalam pidato itu juga Fiosa mengungkapkan bahwa Beograd harus meminta maaf atas apa yang dituduhkan selama ini pada Kosovo. Dimana kejadian itu justru membawa Kosovo mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 2008.
Namun, kenyataan yang terjadi, hingga kini Kosovo masih belum mendapatkan kedaulatannya secara sah. Dimana hal tersebut masih ditangguhkan dan dipandang terlebih dahulu oleh PBB. Ini yang membuat Kosovo tetap harus berjuang untuk pengakuan kemerdekaan milik mereka.
Kehadiran Osmani menjadi angin segar bagi para parlemen yang mendukungnya. Mereka yakin bahwa Ostmani mampu memimpin. Bagi Osmanim dirinya harus mempersiapkan putusan juga kebijakan terkait pemerintahan Kosovo.
Konflik di Kosovo yang Tak Kunjung Usai
Serbia sebagai etnis di Yugoslavia tidak ingin melepas begitu saja Kosovo, Kosovo ini dahulunya merupakan bagian dari Yugoslavia. Sejak dahulu negara tersebut sering bertikai dalam konflik etnis yang tak kunjung usai. Dari tahun 1998 bahkan NATO memutuskan untuk melakukan pemboman terhadap pemerintah republik Yugoslavia agar tidak berperang dengan Kosovo dan memukul mundur pasukannya
Serbia yang didukung oleh Rusia serta China ini tetap tidak mau mengakui adanya deklarasi kemerdekaan Kosovo. Pada tanah Kosovo sendiri telah terjadi beberapa pertempuran bahkan sejak tahun 1936. Kosovo sangat tidak suka dengan sikap Serbia yang mana sikap ini ditunjukan bahwa Serbia tetap tidak mau mendukung kemerdekaan Kosovo.
Status Kosovo yang masih jadi perbincangan di PBB memberikan gambaran bahwa tidak mudah berdaulat dan menjadi negara sendiri. Meskipun belakangan diketahui bahwa Kosovo telah berdaulat dan menyatakan kemerdekaannya pada tahun 2008. Kosovo ingin segera mengakhiri konflik dengan Serbi. Juga mengundang Serbia untuk membicarakan masalah krusial ini. Fiosa Osmani yang menjadi presiden terpilih ini harus berjuang dan melanjutkan kepemimpinan Tachi.
Keberadaan Serbia dan Kosovo tak akan pernah lepas dari konflik internal yang ada pada kedua negara tersebut. Konflik yang sudah terjadi berabad-abad lamanya bahkan daerah Kosovo telah tiga kali menjadi wilayah perang. Kondisi ini semakin memperparah keadaan Kosovo, dimana mantan presiden Kosovo harus bertanggung jawab pada peristiwa berdarah tahun 1988.
Perjalanan panjang dan latar belakang Kosovo saat ini membuka pandangan baru bagaimana bertahan juga memberikan kemajuan. Sulitnya dukungan yang Kosovo dapatkan juga bisa berpengaruh pada keberlangsungan Kosovo ke depan. Maka Kosovo sebagai negara memilih Fiosa Osmani sebagai presiden wanita pertama di Kosovo.