
Pojokjakarta.com – Semakin hari, pemerintah rasanya semakin kesulitan menangani Pandemi Covid-19. Di samping itu, gencatan isu politik muncul seperti Isu negara gagal dan pemerintah dimohon untuk kibarkan bendera putih.
Apakah ini sebuah sinyal jika negara memang tidak bisa menanggulangi Covid-19? Jika benar demikian, apakah semua langkah yang diambil merupakan sebuah asumsi yang bisa dikatakan “coba-coba”?
Stok Oksigen Menipis
Virus Covid-19 yang menyerang seringkali berpusat pada paru-paru. Membuat banyak masyarakat butuh terhadap pasokan oksigen. Sedangkan, beberapa rumah sakit mengklaim dirinya sudah hampir kehabisan stok oksigen.
Jika hal tersebut terjadi, lantas bagaimana nasib para pasien Covid-19 nantinya?
Tidak mungkin tentunya jika pasien-pasien yang butuh Oksigen dibiarkan begitu saja. Sebab yang jadi taruhan adalah nyawa. Lonjakan kasus positif Covid-19 semakin hari semakin tidak terkendali, meskipun vaksinasi sudah dilakukan.
Rumitnya permasalahan ini, tampaknya tidak begitu terselesaikan oleh berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Kritik dari berbagai pihak simpang siur berdatangan, mendesak agar pemerintah memberikan solusi agar Pandemi ini segera berakhir.
Fadli Zon Minta Pemerintah Kibarkan Bendera Putih
Salah satu politisi partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan jika pemerintah butuh kibarkan bendera putih. Agar dunia membantu Indonesia terkait tsunami Covid-19 yang kian hari kian menjadi-jadi.
Pemerintah harus memiliki sikap yang rasional terhadap apapun yang terjadi saat ini. Semua kebutuhan kesehatan dan sarana penunjang penyelesaian Covid-19 rasanya kian hari kian memburuk. Jika dibiarkan, maka negara bisa gagal atasi Pandemi dan masyarakat semakin lama semakin banyak korbannya.
Efektivitas PPKM Darurat begitu dipertanyakan, mengingat masyarakat Indonesia kebanyakan memiliki ekonomi di bawah rata-rata. Sehingga mereka harus tetap keluar rumah untuk melakukan mobilisasi.
Jika tidak demikian, tentu saja mereka tidak akan dapat uang dan bisa jadi tidak bisa makan. Maka dari itu, PPKM Darurat bisa hanya jadi wacara. Diterapkan di jalan-jalan saja dan tidak efektif untuk menanggulangi Covid-19.
Jumlah Dokter yang Meninggal lebih Dari 400 Orang
Indikasi negara gagal menghadapi pandemi ini adalah gugurnya para dokter yang maju di garda depan penyelesaian Covid-19 ini. Mereka yang seharusnya siap siaga menjadi pasukan paling depan menghadapi Covid-19, banyak yang meninggal sebab Covid-19.
Tidak hanya dokter, kini masyarakat sudah sangat biasa mendengar berita kematian karena Covid-19. Padahal, pandemi ini sudah berlangsung hampir 1.5 tahun. Jika masalah ini tidak segera seleai, isu negara gagal ini bisa jadi akan sangat realistis.
Pemerintah tampaknya harus segera sadar jika negara butuh bantuan internasional. Agar, bantuan tersebut bisa ikut serta dalam menyelesaikan urusan Pandemi ini di Indonesia. Sebab semakin hari terlihat semakin parah dan kacau.
Banyak sekali isu yang beredar, pemerintah terlihat kewalahan, banyak pejabat publik yang tidak peduli, dan masih banyak lagi hal lain. Indikator-indikator tersebut menjadikan isu negara gagal ini semakin membuncah.
AHY & Ibas Takut Indonesia jadi Negara Gagal
Selain Fadli Zon, AHY dan Ibas sebagai politisi partai Demokrat juga takut jika penanganan Covid-19 seperti ini, Indonesia bisa berpotensi menjadi negara gagal. Tentu hal tersebut membuat polemik lagi.
Pihak pemerintah juga mengatakan perlu dilakukan langkah-langkah strategis. Wacana-wacana tidak akan membantu negara. Sehingga, harus ada langkah yang tegas dan lugas dalam penanganan Covid-19.
Beberapa menyinggung jika tidak perlu menyangkutkan Pandemi ini pada politik. Sebab Virus tidak berpolitik. Menjadi satu sentilan bagi para politisi jika penanganan Covid-19 memang bukan hal yang mudah dilakukan semudah mengkritik pemerintah.
Hal semacam ini memang tampak normatif di negara demokrasi. Tidak ada pihak yang dilarang untuk mengkritik pemerintah. Bahkan walaupun diperlukan untuk membawa isu negara gagal, hal tersebut sah agar terjadi check and balance.
Ekonomi yang Semakin Surut
Dampak ekonomi yang disebabkan oleh PPKM Darurat sangatlah besar. Terlebih bagi UMKM yang memiliki ranah kerja di lapangan. Mereka kesulitan mendapatkan penghasilan, sehingga akhirnya mau tidak mau tetap mencari kerja.
Tekanan ekonomi tersebut membuat PPKM Darurat tidak begitu efektif. Sebab masyarakat tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Kalaupun di jalan-jalan polisi terlihat tegas di masa PPKM darurat ini, namun di lingkungan lain tentu berbeda.
Banyak lapisan masyarakat yang tidak bisa hidup dengan hanya dirumah saja. Bahkan di antara mereka, banyak yang perlu bersosialisasi secara aktif agar mereka mendapatkan penghasilan untuk kepentingan kehidupan mereka.
Dengan adanya PPKM Darurat ini, pemerintah terasa menyamaratakan semua elemen masyarakat pada satu stata sosial saja. Sehingga tidak heran kritik bermunculan di sana-sini. Isu negara gagal pun tidak bisa terelakkan, sebab memang kenyataannya seperti demikian. Negara benar-benar diambang situasi yang dilematis agar kesehatan dan ekonomi.
Bagaimana Nasib RI Kedepan?
Jadi satu pertanyaan yang sangat realistis tentang masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Jika penanganan Covid-19 seperti ini dan terjadi kematian dimana-mana, apakah negara bisa berhasil survive?
Apakah isu negara gagal ini akan benar-benar terjadi. Indonesia tampaknya memang harus berbenah diri sehingga Pandemi Covid-19 tidak merusak semua tatanan ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia.
Jangan sampai, negara ini harus benar-benar kolaps. Melihat lonjakan positif Covid-19 yang menjadi-jadi serta banyaknya Rumah sakit yang merasa kewalahan, mengindikasikan jika negara tidak begitu siap dengan semua ini.
Memang keputusan terkait penanggulangan Covid-19 tidak bisa diambil dengan mudah. Harus dilakukan secara tepat dan tepat. Karena jika tidak, resiko besar akan diambil oleh pemerintah di beberapa waktu ke depan.