
Untuk pertama kalinya dalam Pemilihan Kepala daerah Tangerang Selatan, di setiap pasangan calon mengikutsertakan seorang tokoh dari dinasti politik berpengaruh.
Pengamat menyatakan beberapa tokoh nasional melirik kota tersebut selaku batu loncatan karir politiknya dan aspek kekebaratan di sela-sela pandemi diduga menunjang promosi pasangan calon di sela-sela pembatasan kampanye.
Sedangkan, warga Tangsel mengungkapkan harapan pergantian kepemimpinan yang akan membawa peningkatan menyeluruh di kota penyangga ibu kota Jakarta itu.
Dinasti Politik
Pilkada Tangerang Selatan tahun ini memikat atensi kaum elit politik, dengan paling tidak seorang dari ketiga pasangan calon wali kota dan wakil wali kota mempunyai hubungan dengan dinasti politik.
Mereka ialah Siti Nur Azizah, ia adalah puterinya Wakil Presiden Maaruf Amin. Dan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, ia adalah keponakan Ketum Partai Gerindra dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Yang lain, Pilar Saga Ichsan, ia adalah anak dari Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah. Ia masih saudaranya Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Provinsi Banten sepanjang 2 kurun sebelum dinonaktifkan pada Mei 2014 karena kasus suap.
Sedangkan itu, keadaan pandemi Covid-19 menjadikan cara paslon berhubungan dengan kaum pemilih jadi relatif lebih sempit.
Di sela-sela keadaan ini kekerabatan politik memengaruhi bagaimana pasangan calon diketahui masyarakat.
Tangerang Selatan akan menjalankan pilkada yang ketiga sejak disahkan selaku kota pada 2012 silam.
Pilkada di Tangsel ini pun jadi peluang untuk menyongsong kepemimpinan baru, dengan berakhirnya masa periode kedua petahana.
Tangerang Selatan dapat jadi lompatan
Tak aneh bila tokoh-tokoh nasional melirik kota Tangerang Selatan. Sebab Tangsel merupakan kota yang strategis, tak cuma dari aspek posisi yang berbatasan dengan ibu kota Jakarta, namun pula dari aspek tantangan tata kelola pemerintahan.
Sehingga memperoleh kepemimpinan di Tangsel dan memperlihatkan prestasi dalam bekerja bisa jadi batu loncatan dalam karir politik.
Jadi disamping memang dari bagian kestrategisan daerah, lalu pula potensi daerah PAD (pendapatan asli daerah) yang amat tinggi. Diatas Rp2 triliun di tingkat kota. Ini merupakan kota yang banyak sekali orang besar dan orang pentingnya berkarir dan berkiprah di Jakarta menghabiskan hidupnya di sini.
Kekerabatan politik dalam keadaan pandemi ikut menunjang mengekspos paslon dengan menyulut diskursus politik dan uraian peta politik diantara warga Tangsel.
Walaupun hal tersebut layak jadi perhatian, tetapi itu tidak jadi kasus penting dari dinasti politik.
Bahayanya, ada pada akses politik yang jadi sempit sebab mengabaikan kaderisasi calon partai.
Jadi tendensinya ialah dinasti politik ada dengan mengekalkan kaderisasi dan rekrutmen politik yang demokratis sehingga ruang politik menjadi kian kecil.