Ratusan akun palsu berbahasa Belanda timbul mendukung otsus di tengah penolakan beberapa warga?
Ratusan akun palsu dengan bahasa asing yang pro keberlangsungan otonomi khusus (otsus) Papua mencuat di media sosial, di tengah tuntutan beberapa kelompok warga Papua supaya kebijakan yang telah berjalan selama kira-kira 20 tahun itu dievaluasi seluruhnya.
Akun-akun palsu berbahasa Belanda, Jerman, Inggris, sampai Indonesia itu menempelkan potret-potret orang yang nampak realistis.
Ratusan Akun Palsu Dukung Otsus
Tetapi, sesudah diperiksa memakai beberapa cara, termasuk dengan kecerdasan buatan (AI), beberapa gambar itu ternyata palsu. Tutur Peter Burger, peneliti dari Universitas Leiden, Belanda. Peneliti belum mengenali pasti siapa pihak di balik campaign yang dikatakan palsu tersebut.
Menanggapi itu, Jaleswari Pramodhawardani, Deputi V Kantor Staf Kepresidenan bidang Politik, Hukum, Keamanan dan HAM, menyatakan pemerintah tidak dalam kedudukan buat berspekulasi.
Pemerintah tak dalam kedudukan buat berspekulasi atas pihak-pihak yang ada hubungannya dalam pemberitaan. Tetapi apabila ada pelanggaran hukum di dalamnya, tentunya hal itu akan diproses selaras koridor regulasi perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan, Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia menyatakan belum dapat memberi pendapat.
Berdasar Kepala Majelis Rakyat Papua (MRP), campaign seperti itu ialah provokasi yang hendak meningkatkan penderitaan rakyat Papua, sambil menambahkan pihaknya mendesak penilaian utuh atas otsus.
Ratusan Akun Palsu Menenggelamkan informasi
Peter Burger, pengajar jurnalistik Universitas Leiden, Belanda, menyatakan penelitiannya diawali sesudah ia mendapatkan beberapa upload di media sosial berhubungan dengan Papua dalam bahasa Belanda.
Salah satu akun, yang setelah itu dikenal palsu, memakai nama Eline Hartee. Account itu meng-upload gambar dan pesan. Isinya mengatakan otsus Papua akan mensejahterakan warga di segala bidang. Termasuk pertanian, kesehatan, dan pendidikan. Account itu dinonaktifkan oleh Twitter sesudah riset Nieuwscheckers dikeluarkan.
Kenapa Ratusan Akun Palsu Menyasar Audiens Asing?
Walaupun menyatakan isu Papua Barat cukup diketahui di Belanda, Peter Burger menyatakan tidak bisa betul-betul mengerti kenapa pihak-pihak itu menyasar audiens Belanda.
Sedangkan, Profesor Cahyo Pamungkas (peneliti konflik Papua dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menyatakan campaign tersebut dilakukan dengan bahasa Belanda sebab di sanalah tempat salah satu basis ULMWP (United Liberation Movement for West Papua).
Di sana ada beberapa tokoh seperti tokoh OPM Leoni Tanggahma dan Oridek Ap. Maka itu Belanda jadi sasaran campaign.
Audiens Jerman Jadi Sasaran
Audience Jerman, jadi sasaran sebab Kota Wuppertal di Jerman jadi markas International Coalition for Papua (ICP). Lembaga non profit keagamaan yang mendokumentasikan kekerasan di Papua.
Campaign itu buat menangkal narasi kemerdekaan dan penolakan otsus, guna menyaingi usaha internasionalisasi permasalahan Papua.
Walaupun demikian, Peter Burger menganggap cuma sedikit audiens Belanda yang memerhatikan bentuk campaign tersebut, walaupun beberapa kantor berita Belanda mengangkat kabar ini. Tetapi, campaign itu tidak berarti tak ada pengaruhnya.
Ribuan unggahan memuat pesan, video, dan gambar-gambar ini menenggelamkan suara-suara orang yang mendukung kemerdekaan Papua Barat.
Campaign itu, tutur Burger, pula membajak beberapa hashtag yang ada kaitannya dengan Papua, seperti yang berhubungan dengan otsus dan gerakan free West Papua.