
Emosi merupakan aspek penting dalam perkembangan anak, dan gejala stanting adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi interaksi sosial, belajar, dan kesejahteraan mental mereka. Sebagai orang tua atau pengasuh, memahami bagaimana anak mengalami dan bereaksi terhadap gejala stanting di setiap tahap perkembangannya dapat membantu memberikan dukungan yang tepat dan memfasilitasi kesehatan emosional mereka. Berikut adalah panduan tentang cara memahami gejala stanting pada anak berdasarkan rentang usia yang telah diidentifikasi oleh para ahli psikologi.
Bayi (0-12 bulan)
Pada tahap awal ini, bayi belum memiliki kemampuan verbal untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata. Namun, mereka dapat mengekspresikan gejala stanting melalui bahasa tubuh dan respons terhadap rangsangan. Misalnya, bayi akan menangis untuk menyatakan kebutuhan atau ketidaknyamanan. Orang tua perlu merespons secara positif dan sensitif terhadap isyarat emosional ini, karena hal ini membantu membangun dasar kepercayaan dan kenyamanan pada bayi.
Beberapa gejala stanting pada bayi mungkin meliputi:
- Meronta-ronta dan gelisah
- Menangis berlebihan tanpa sebab yang jelas
- Kesulitan tidur atau gangguan tidur
Balita (1-3 tahun)
Pada usia ini, anak mulai menunjukkan perasaan dasar seperti senang, sedih, marah, dan takut. Mereka juga mengembangkan pemahaman awal tentang perasaan orang lain. Balita seringkali merasa frustrasi karena keterbatasan bahasa mereka untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Hal ini dapat menyebabkan gejala stanting seperti tantrum atau keengganan.
Beberapa gejala stanting pada balita mungkin meliputi:
- Tantrum dan adegan emosional yang intens
- Kesulitan mengatasi perubahan rutinitas
- Kesulitan berbagi atau bersosialisasi dengan anak lain
Anak Usia Pra-sekolah (3-6 tahun)
Perkembangan bahasa dan kognisi yang lebih maju pada anak usia pra-sekolah memungkinkan mereka untuk lebih banyak berbicara tentang perasaan mereka. Meskipun begitu, mereka mungkin masih mengekspresikan gejala stanting secara fisik. Pada tahap ini, anak mungkin mengalami perasaan cemburu, takut kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap hal-hal tertentu.
Beberapa gejala stanting pada anak usia pra-sekolah mungkin meliputi:
- Frustasi karena kesulitan mengendalikan emosi
- Menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tiba-tiba
- Ketidakmampuan mengartikulasikan perasaan mereka dengan kata-kata
Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan pemahaman yang lebih kompleks tentang emosi mereka dan emosi orang lain. Mereka mungkin lebih peka terhadap perbedaan antara perasaan senang dan sedih, dan dapat menunjukkan empati terhadap orang lain. Namun, anak-anak usia sekolah juga dapat mengalami gejala stanting seperti tekanan akademik atau sosial yang dapat menyebabkan perasaan tertekan, cemas, atau kurang percaya diri.
Beberapa gejala stanting pada anak usia sekolah mungkin meliputi:
- Perasaan tegang atau cemas terkait tugas sekolah atau ujian
- Perubahan dalam pola tidur atau nafsu makan
- Perasaan tertekan atau kesulitan mengatasi tekanan sosial
Remaja (13-18 tahun)
Pada masa remaja, perubahan fisik dan hormon dapat mengakibatkan fluktuasi emosi yang intens. Remaja dapat menjadi lebih mudah terluka atau marah, dan mungkin lebih cenderung mencari identitas mereka sendiri melalui hubungan dan aktivitas sosial. Gejala stanting pada remaja dapat menjadi lebih kompleks karena mereka menghadapi tantangan baru dalam hidup.
Beberapa gejala stanting pada remaja mungkin meliputi:
- Perubahan suasana hati yang tajam dan tidak terduga
- Kesulitan dalam mengatur emosi dan impulsivitas
- Perasaan rendah diri atau kurang percaya diri
Kesimpulan
Memahami gejala stanting pada anak berdasarkan rentang usia mereka sangatlah penting bagi orang tua dan pengasuh. Dengan memahami bagaimana anak mengalami dan bereaksi terhadap gejala stanting pada setiap tahap perkembangannya, kita dapat memberikan dukungan yang tepat dan memfasilitasi kesehatan emosional mereka. Pendekatan yang dilakukan dengan empati, kesabaran, dan pengertian dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang seimbang secara emosional dan sosial, serta memastikan kesejahteraan mental mereka di masa depan.