
Sebuah video monolog yang menampilkan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, baru-baru ini mencuri perhatian publik dan memicu beragam reaksi. Dalam video berdurasi singkat tersebut, Gibran menyampaikan sejumlah poin terkait visi dan misinya, khususnya dalam konteks pembangunan dan kemajuan bangsa. Namun, alih-alih mendapatkan sambutan hangat, video monolog Gibran ini justru menuai gelombang kritik, meskipun tak sedikit pula yang memberikan pembelaan.
Isi dan Gaya Penyampaian
Gibran tampil dengan gaya yang lebih santai dan personal dibandingkan pidato resmi pada umumnya. Mengenakan kemeja putih dan berbicara langsung ke kamera, ia menyampaikan pandangannya mengenai potensi bonus demografi Indonesia yang diperkirakan mencapai puncaknya antara tahun 2030 hingga 2045, dengan sekitar 208 juta penduduk berada dalam usia produktif. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan momentum ini untuk pertumbuhan bangsa.
Komitmen terhadap Keadilan Sosial
Gibran juga menyoroti isu kesenjangan sosial dan pentingnya pemerataan pembangunan. Ia mengingatkan bahwa Indonesia tidak hanya tentang Jakarta atau kota-kota besar, tetapi juga tentang daerah-daerah yang masih tertinggal.
“Kemajukan Indonesia berarti memastikan tidak ada yang tertinggal. Dari Sabang sampai Merauke, setiap anak berhak atas pendidikan, kesehatan, dan kesempatan yang sama,” ucapnya.
Pesan ini relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, di mana pembangunan infrastruktur dan ekonomi masih terkonsentrasi di beberapa wilayah saja.
Respons Publik dan Kritik
Meskipun isi video monolog Gibran tersebut dianggap positif oleh sebagian pihak, video ini mendapatkan respons negatif dari sebagian besar warganet. Hingga 23 April 2025, video tersebut telah ditonton sebanyak 867.319 kali dan menerima 108.157 dislike.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menyatakan bahwa meskipun substansi video tersebut positif, publik mengharapkan tindakan nyata dari Gibran dalam mengoptimalkan bonus demografi yang dibahasnya. Selain itu, residu dari Pilpres 2024 dan kontroversi seputar pencalonannya sebagai cawapres juga turut mempengaruhi persepsi publik terhadap video ini.
Harapan ke Depan
Monolog Gibran bukan sekadar pidato, melainkan cerminan dari nilai-nilai yang ia pegang. Jika ia konsisten dengan janji kerjanya, bukan tidak mungkin ia akan menjadi salah satu pemimpin yang mampu membawa perubahan signifikan bagi Indonesia.
Tantangan terbesar Gibran adalah membuktikan bahwa kepemimpinannya tidak hanya mengandalkan nama besar, tetapi juga kebijakan yang berdampak nyata. Jika berhasil, ia bukan hanya akan dikenang sebagai wakil presiden yang baik, tetapi juga sebagai pemimpin yang mewariskan legacy positif bagi bangsa.
***************************
Video monolog Gibran Rakabuming Raka membuka diskusi tentang peran dan strategi komunikasi seorang Wakil Presiden di era digital. Meskipun menghadapi kritik dan respons negatif, upaya Gibran untuk menyampaikan pandangannya melalui format yang lebih personal menunjukkan pendekatan baru dalam menjangkau masyarakat, khususnya generasi muda. Ke depannya, publik menantikan langkah konkret dari Gibran dalam merealisasikan ide-ide yang telah disampaikannya.