
Pasca penemuan seaglider atau drone bawah laut, saat ini Indonesia tengah memperketat sistem pertahanan bawah lautnya. Aziz Syamsuddin , selaku Wakil Ketua DPR RI meminta dengan tegas agar TNI AL selaku perisai pertahanan matras laut lebih memperketat pengawasan bawah laut nya.
Sebelumnya penemuan seaglider di perairan Selayar, Sulawesi Selatan sempat membuat heboh masyarakat. Pasalnya nelayan yang pertama kali menemukan benda tersebut sama sekali tidak mengetahui bahwa benda yang ditemukannya adalah drone bawah laut.
Aziz menekankan kepada jajaran TNI agar segera meminta klarifikasi terhadap pihak asing yang mengirimkan drone di perairan Selayar. Hal itu disampaikan Aziz melalui keterangan tertulisnya. Selain itu dirinya kembali mengingatkan agar pengawasan sering dilakukan sehingga tidak ada jual beli data yang ada di wilayah Indonesia.
Pengawasan bawah laut atau underwater surveillance merupakan hal terpenting untuk dilakukan. Ia juga meminta kepada pihak TNI AL agar selalu memasang mata dan tidak lengah dalam situasi apapun. Penemuan seaglider di wilayah perairan Indonesia sendiri bukan pertama kalinya, sebelumnya benda serupa juga pernah ditemukan di wilayah lain di Indonesia.
Tidak berhenti di jajaran TNI AL saja, Aziz juga menghimbau kepada jajaran pemerintah khususnya Menteri pertahanan dan Kemenlu agar segera melakukan investigasi. Investigasi tersebut tentu sangat diperlukan agar dikemudian hari tidak ada lagi pihak asing yang mengirim kan seaglidernya di wilayah perairan Indonesia.
Sebagai tambahan dirinya juga mengatakan agar dengan tegas menindak aparat yang mencoba bermain api. Siapapun aparat yang memudahkan alat militer asing harus ditindak dengan hukuman yang berat.
Posisi Indonesia Rentan Praktik Intelijen Asing
Indonesia sendiri merupakan episentrum dari Kawasan Indo-Pasifik, sehingga potensi asing melakukan pengintaian sangat tinggi. Hal tersebut lah yang menjadi perhatian dari Aziz.
Menurutnya dengan letak Indonesia yang sangat strategis, tentu saja akan membuat asing memiliki agenda tersembunyi yang tidak diketahui oleh pemerintah Indonesia. Tentu saja potensi potensi berbahaya tersebut harus segera ditangkap agar tidak menjadi boomerang.
Terpisah, pihak TNI AL, Laksamana Pertama Julius Widjojono selaku Kepala Dinas Penerangan TNI AL menjelaskan, bahwa alat TNI AL sendir belum canggih. Kemampuan alutsista bawah laut dijelaskan belum cukup mumpuni untuk mendeteksi adanya seaglider atau drone bawah laut di wilayah perairan Indonesia.
Julius juga menambahkan bahwa dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh TNI AL, sangat mungkin jika ada unmanned underwater vehicle (UUV) untuk berseliweran. Kemampuan alutsista TNI AL dikatakan masih belum mampu melakukan cover secara maksimal terhadap seluruh wilayah perairan di wilayah NKRI.
Temuan seaglider tersebut, saat ini tengah dalam proses pengusutan oleh pihak Pushidrosal, Jakarta. Pihak TNI AL tengah mengusut siapa pemilik dan apa saja data didalamnya. Selama satu bulan kedepan jajaran TNI AL diberikan tugas untuk segera mengungkapkan asal muasal benda yang diduga sebagai drone bawah laut tersebut.
Dari pengusutan awal, diduga benda tersebut merupakan milik dari China. Seaglider yang ditemukan tersebut juga dilengkapi dengan berbagai sensor serta kamera bawah laut.
Melansir dari forbes, dikatakan bahwa kuat dugaan bahwa drone tersebut bukan untuk kepentingan penelitian. Beberapa sumber mengatakan bahwa drone untuk kepentingan penelitian seharusnya berwarna kuning cerah sehingga mudah ditemukan.
Berbeda dengan drone yang ditemukan di daerah selayar, drone tersebut berwarna kusam, sehingga sangat sulit untuk dilacak keberadaannya. Dengan tidak adanya tanggapan dari pemerintah China terkait temuan drone bawah laut semakin menguatkan dugaan tersembunyi. Drone tersebut diduga sebagai sarana praktik intelijen di Kawasan Indonesia.