
Kabar duka menyelimuti dunia musik Indonesia. Penyanyi legendaris era 80-an, Rosmalida Soedrajat, yang lebih dikenal dengan nama panggung Malyda, meninggal dunia pada Selasa, 25 Februari 2025, dalam usia 61 tahun. Informasi ini pertama kali disampaikan oleh pengamat musik Stanley Tulung melalui akun Instagram pribadinya. Stanley menuliskan, “Innalillaahi wa inna illaihi roji’uun.. Telah meninggal dunia, adik, kakak, istri, mama dan nini kami.. Rosmalida binti Kalimuda Harahap (Malyda).” Ia juga mengabarkan bahwa jenazah akan dimakamkan di makam keluarga Tonjong, Bogor, pada hari yang sama.
Perjalanan Kariernya
Malyda lahir pada 9 Juli 1963 di Bandung, Jawa Barat. Ia merupakan anak keempat dari enam bersaudara berdarah Minang. Karier musiknya dimulai pada tahun 1983, dan ia segera dikenal berkat suara khasnya yang tipis namun ekspresif, serta gaya menyanyi yang genit dan manja. Penampilannya yang sering terlihat seksi, dengan pakaian dan dandanan yang modis, menambah daya tariknya di panggung musik Indonesia.
Salah satu lagu paling populer dari Malyda adalah “Semua Jadi Satu,” yang dirilis sebagai bagian dari album “12 Bintang Idola.” Lagu ini sukses besar, dengan penjualan album mencapai 400.000 kopi. “Semua Jadi Satu” bahkan telah direkam ulang oleh beberapa artis lain, termasuk 3 Diva, Helmy Yahya, Ruth Sahanaya, dan Lala Suwages. Di samping itu, Malyda pun dikenal lewat lagu-lagu seperti “Aku Jadi Bingung” dan “Nurlela.”
Kolaborasi
Kesuksesan Malyda tidak lepas dari bimbingan sejumlah musisi ternama Indonesia, seperti Deddy Dhukun, Dodo Zakaria, Billy J. Budiardjo, Dian Pramana Poetra, dan Fariz RM. Ia pun pernah bergabung ke dalam beberapa grup musik, antara lain “7 Bintang” bersama Dian Pramana Poetra, Deddy Dhukun, Fariz RM, Mus Mujiono, Yopie Latul, Trie Utami, dan Atiek CB, serta grup “Rumpies” bersama dengan Vina Panduwinata, Atiek CB, dan Trie Utami.
Selain bernyanyi, Malyda juga pernah menulis lagu untuk penyanyi lain sebelum merilis singel “Semua Jadi Satu.” Beberapa karyanya antara lain “Oh Mengapa” dan “Apa Lagi” yang dibawakan oleh 2D dalam album “Keraguan” (1987), serta “Dalam Hati Kita” yang dinyanyikan oleh Kiki Maria dalam album “Karma” (1988). Namun, setelah kesuksesan “Semua Jadi Satu,” ia lebih fokus pada karier menyanyinya dan tidak lagi menulis lagu, bahkan untuk albumnya sendiri.
Pada tahun 1992, Malyda merilis album “Menunda Fajar,” yang menjadi album terakhirnya sebelum ia memutuskan untuk vakum dari dunia musik. Keputusannya untuk mundur dari industri hiburan terjadi setelah ia menikah dan memilih fokus pada kehidupan keluarga. Meskipun demikian, warisan musiknya tetap dikenang oleh para penggemar dan pelaku industri musik Tanah Air.
Kabar meninggalnya Malyda tentu meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kerabat, dan para penggemarnya. Suaminya, Bob H. A. S. Djanegara, serta anak-anak dan cucunya, merasakan kehilangan yang amat besar. Malyda dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh kasih sayang dalam keluarga. Selain itu, kontribusinya dalam dunia musik Indonesia, terutama pada era 80-an, menjadikannya sebagai salah satu penyanyi legendaris yang akan selalu dikenang.
Kepergian Malyda meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam industri musik Indonesia. Karya-karyanya terus menginspirasi generasi muda dan menjadi bagian dari sejarah musik Tanah Air. Mudah-mudahan almarhumah memperoleh tempat terbaik di sisi-Nya, serta keluarga yang ditinggalkan pun diberikan kekuatan dan ketabahan.