Sebuah pulau tidak ada penghuninya, dengan pasir putih tanpa sampah, dikelilingi laut biru yang betul-betul berwarna biru dan bening, dengan ombak mengalun. Pasirnya bahkan tanpa jejak kaki manusia. Tenang sekali ya. Itu dia Karang Jamuang.
Sebuah pulau tidak ada penghuninya yang masih termasuk daerah Kabupaten Gresik. Tetapi, bila kita perhatikan peta Jawa Timur, barangkali pulau ini tak ada di dalamnya. Terlebih lagi di peta Gresik pula tak ada. Tetapi pulau atau karang ini memang terdapat dalam kehidupan nyata, bukanlah pulau negeri dongeng.
Karang Jamuang terletak di sebelah utara Kabupaten Bangkalan Madura, pulau yang kabarnya adalah pulau buatan ini ada di tengah Laut Jawa. Di Karang Jamuang ada sebuah mercusuar, sekalian ada petugasnya. Namun, petugas mercusuar itu tak diam menetap di sana.
Masyarakat menamai pulau ini Karangjamuan tanpa huruf ‘g”. Kaum nelayan Ujung Pangkah, Gresik, lebih akrab memanggilnya Pulau Nyamukan. Yang kian membuat menarik dari Karang Jamuang, hingga hari ini ada satu pantangan yang tidak boleh dilanggar, yakni perempuan dilarang bermalam!
Penyebab Perempuan Tak Diizinkan Bermalam di Karang Jamuang
Perempuan boleh datang, tetapi tak buat bermalam! Mitos di Karang Jamuang ini mengatakan kalau perempuan tak direstui masuk ataupun ada di sana di atas jam 5 sore, sebab selalu akan timbul permasalahan setiap kali ada yang berupaya melanggar pantangan itu.
Berbagai orang dari penduduk kira-kira, menyatakan kalau pulau yang ada di laut jawa, tepatnya di utara kabupaten bangkalan, madura itu seolah terbenam jika ada perempuan nekat menginap di sana. Kok dapat ya? Barangkali banyak dari kita yang tak mempercayainya. Tetapi tetap saja, kita mesti menghormati kearifan lokal yang ada di sana.
Bisa jadi pantangan itu sengaja dibuat oleh nenek moyang buat menghindari hal-hal yang di luar batas di pulau tidak berpenduduk ini ya? Baik buat dilakukan kan?
Akses buat dapat meraih Karang Jamuang, kita dapat melintasi dari Surabaya memanfaatkan kapal sewaan. Ataupun dapat dilalui lewat Ujung Pangkah dengan memanfaatkan perahu tradisional kepunyaan nelayan dengan waktu tempuh kira-kira 3 jam perjalanan.
Tetapi tidak perlu cemas, malah ekspedisi dengan perahu tradisional bermotor ataupun yang dinamakan nelayan Ujung Pangkah mesin dongpreng, ekspedisi merupakan sarat tantangan yang tepat buat yang senang uji-picu adrenalin. Bila beruntung, kita akan menemukan koloni lumba-lumba di laut sekeliling pulau ini ketika kita melintas dalam pejalanan itu.
Sesudah senja di Karang Jamuang, kebanyakan akan ada nelayan domestik yang semata-mata mampir ataupun bermalam sebelum meneruskan ekspedisi kembali ke ujung pangkah.
Perahu-perahu nelayan itu bersandar komplit dengan hasil tangkapannya. Yup, kita dapat menggunakan waktu itu buat mengadakan acara bakar ikan kecil-kecilan bareng kawan-kawan dengan harga yang murah. Demikian murah buat ikan-ikan paling baik dalam keadaan fresh.
Perjalanan di pulau Karang Jamuang seperti perjalanan di privat island. Serasa kita ialah pemilik pulau itu. Wah, menarik ‘kan?