
Pojokjakarta.com – Jakarta (26/2/2022), Jamiludin Ritonga sebagai salah satu pengamat politik di Indonesia menilai jika keputusan giring mengundurkan diri nyapres itu harus disyukuri oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Menurutnya, Giring dengan kapasitasnya saat ini memang tidak layak mencalonkan diri sebagai presiden.
Beberapa waktu lalu sempat kritik Anies, akhirnya Giring mengundurkan diri nyapres tanpa alasan yang begitu spesifik. Padahal, baliho dan foto-foto giring sudah tersebar dimana-mana. Selain itu, dia juga mengikrarkan diri menjadi capres 2024 di kanal Youtube PSI.
Pada awalnya, keputusan tersebut membuat netizen bertanya-tanya. Padahal awalnya, Mantan vokalis Nidji tersebut terlihat kekeh untuk mencalonkan diri meskipun elektabilitasnya kurang tinggi.
Giring Tidak Laku Dijual
Beberapa pengamat mengatakan jika Giring tidak memiliki elektabilitas yang cukup untuk mencalonkan diri sebagai Presiden di Indonesia. Selain itu, kapasitasnya tentu secara kasat mata bisa terlihat kalah jauh dari Anies Baswedan ataupun Prabowo Subianto.
Sehingga tidak salah jika banyak pengamat yang mengatakan jika Giring tidak laku dijual. Selain masih baru di dalam dunia politik, tindakan-tindakannya pun penuh dengan kontroversi dan bahkan publik menilai jika dirinya sama sekali tidak berwibawa dan tidak layak menjadi presiden republik ini.
Bahkan meskipun Giring mengundurkan diri nyapres, elektabilitas PSI pun tidak akan terpengaruh. Seakan-akan, dirinya tidak memiliki imbas baik terhadap partai yang dia pimpin. Dia juga dinilai tidak bisa mengerek elektabilitas partainya.
Parahnya dalam pusaran pemilihan presiden, PSI tidak memilih calon Anies dan Prabowo yang memiliki elektabilitas tinggi di Pilpres 2024. PSI malah memilih calon-calon lain yang bahkan tidak begitu terkenal sebagai calon presiden.
Padahal, jika PSI memilih capres yang tepat, PSI kemungkinan besar elektabilitas PSI bisa naik dengan pesat. PSI lebih mengusung nama Najwa Shihab, Sri Mulyani, dan Andika Perkasa yang tidak begitu tenar sebagai calon presiden ketimbang Anies dan Prabowo.
Namun hal tersebut tentu hak prerogatif partai. Beberapa pengamat politik pun hanya memberikan pandangan dan asumsi. Bagaimana pun rencana dan skema politik yang dijalankan oleh PSI, kemungkinan besar kesan muda dan bersemangat akan tetap dibawa juga.
Saran dari para pengamat pada PSI, “PSI dalam mengusung capres terkesan serampangan. Sebagian besar nama-nama tersebut tidak bisa mengerek elektabilitas PSI”.
Apakah Giring Hanya Main-main?
Tidak ada yang tahu jawaban dari pertanyaan di atas. Jika dilihat dari usaha PSI untuk menaikkan nama Giring untuk menjadi Pilpres 2024, sepertinya PSI tidak main-main dengan Giring.
Meskipun memang akhir-akhir ini banyak tindakan-tindakan Giring atas nama Partai juga terkesan sentimen pada Anies. Banyak yang berpendapat jika ingin menjadi presiden, maka seharusnya yang lebih tepat dikritik adalah presiden saat ini, tidak walikota Jakarta.