
Pojokjakarta.com – Sebuah hal yang sangat buruk terjadi di pasang tanah abang, jakarta. Satpol PP vs Pedagang kaki lima pun tidak bisa dielakkan. Kericuhan pasar tanah abang ini terjadi disebabkan oleh tindakan PKL yang tidak memindah dagangan mereka.
Menurut informasi yang ada, pihak Satpol PP sudah menghimbau kepada PKL agar memindahkan barang-barangnya agar tidak mengganggu jalan. Namun hal tersebut tidak terlalu dipedulikan, akhirnya satpol PP bertindak demikian.
Abai Protokol Kesehatan
Pengunjung pasar dan banyak pedagang di Pasar Tanah Abang diberitakan tidak terlalu peduli dengan protokol kesehatan. Mereka semua tidak menjaga jarak dan bahkan ada banyak yang tidak memakai masker.
Hal tersebut tentu saja sangat disayangkan. Mengingat tsunami Covid-19 yang ada di India, hal tersebut adalah sebuah kejadian yang berpotensi besar menyambung rantai penularan Covid-19. Banyak netizen yang sedih melihat kejadian tersebut.
Akan sangat berbahaya, jika di dalam sebuah pasar tidak diterapkan protokol kesehatan. Karena di dalam pasar, terjadi sebuah interaksi yang intensif. Mulai dari transaksi, berpapasan, hingga berada dalam kerumunan di waktu yang sama.
Sehingga, jika batas atau kapasitas pasar tidak dijaga, konsekuensinya adalah bisa menularkan virus. Apalagi virus Covid-19 ini semakin hari semakin ganas jika dilihat dari kekuatan penularannya.
Personel Brimob Bersenjata Turun
Karena kejadian tersebut sulit dikondisikan, akhirnya pemerintah menurunkan anggota Brimob bersenjata. Hal tersebut menjadi sebuah keputusan yang benar, karena agar kerumunan bisa segera dihilangkan dan kericuhan segera bisa diselesaikan.
Intinya, jangan sampai kondisi Indonesia sama seperti di India. Gelombang penularan Covid-19 sudah sangat tinggi, maka jangan sampai diulangi kembali dengan gelombang selanjutnya. Terlebih lewat media pasar yang harusnya bisa dikondisikan.
Jika sudah Brimob Bersenjata yang turun, maka bisa dipastikan jika kejadian tersebut cukup serius. Sehingga harus ditangani ekstra oleh anggota kepolisian, tidak hanya satpol PP. Karena menurunkan Satpol PP saja, hasilnya akan ricuh.
Brimob pun tentu dituntut untuk melakukan pekerjaannya dengan sangat tertib. Jangan sampai ada korban dalam tindakan apapun. Dalam kondisi menjelang lebaran ini, masyarakat memang akan sulit ditertibkan. Karena mereka membutuhkan barang-barang yang harus dibeli di pasar.
Apalagi, harga di pasar boleh dikatakan jauh lebih murah. Sehingga, banyak dari mereka rela berhimpitan dan melupakan protokol kesehatan. Apalagi, kondisi Pandemi ini semakin hari semakin tidak dipercaya.
Disinilah, perlu sekali peran pemerintah dalam sosialisasi jika Covid-19 masih ada dan membayang-bayangi kita semua. Jangan sampai, virus ini menyebabkan penularan masal yang membuat banyak orang terinfeksi.
Polisi Kewalahan Atur 100 Ribu Pengunjung Pasar
Bagaimana tidak ricuh, jika ada 100 ribu pengunjung pasar dalam satu hari. Tentu saja polisi akan sangat kewalahan. Apalagi jumlah posisi tidak sepadan sama sekali dengan jumlah pengunjung pasar yang ada.
Biar bagaimanapun, masyarakat Jakarta harus ikut ambil andil. Mereka harus sadar diri untuk menjaga jarak dan memakai masker. Sehingga polisi tidak bergerak secara sepihak dan kewalahan mengatur ketertiban di pasar Tanah abang.
Pemerintah tentu juga harus melakukan pengetatan pada kapasitas jumlah pengunjung pasar. Karena percuma jika polisi dikerahkan, namun pengetatan tidak dilakukan. Karena diperkirakan pengunjung pasar akan terus ramai menjelang lebaran tahun 2021 ini.
Jumlah 100 ribu orang bukanlah sedikit. Sehingga di dalam lingkungan pasar yang sempit tidaklah heran sebuah kerumunan mudah sekali terwujud. Bahkan terlalu berkerumun hingga berdesakan. Tidak ada proses menjaga protokol kesehatan sama sekali.
Anies Baswedan Sudah Beri Instruksi
Secara tegas, gubernur Jakarta Anies Baswedan telah memberikan instruksi agar masyarakat tidak berkerumun di Pasar tanah abang. Karena tentu saja hal tersebut sangat membahayakan.
Terkesan, semua usaha kita menjaga kesehatan hingga saat ini, akan sia-sia. Apalagi jika pasar malah dipenuhi oleh banyak orang tanpa menerapkan protokol kesehatan secara baik dan benar.
Dari instruksi Anies ini, semua elemen masyarakat dimohon untuk tertib. Lebih baik di rumah dan menghindari mobilisasi yang besar. Meskipun menjelang lebaran. Semua kebutuhan bisa dibeli secara online, sehingga tidak perlu semua orang harus ke pasar.
Ke pasar itu boleh dan bahkan harus, karena ada roda ekonomi yang diputar. Namun jika protokol kesehatan dilupakan, maka hal tersebut akan sangat disayangkan. Jangan sampai tindakan pencegahan pemerintah kota Jakarta menjadi seolah-oleh sia-sia.
Lebaran kali ini harus tetap dilakukan dengan menjaga protokol kesehatan. Sehingga, tidaklah perlu melakukan interaksi yang keterlaluan di lingkungan luar. Karena berbahaya bagi kesehatan dan keamanan masyarakat sendiri.
Harus Ada Langkah Antisipasi
Sosialisasi larangan untuk mudik sudah diberlakukan. Jika protokol tidak diperketat di pasar, akibatnya tentu saja akan fatal pada kepercayaan masyarakat pada kebijakan pemerintah. Hal tersebut menjadi PR yang sangat besar bagi gubernur Anies Baswedan.
Sehingga, langkah yang benar-benar harus ditempuh adalah mengecilkan kapasitas pengunjung pasar, sehingga ada ketegasan untuk tidak berkerumun. Hal tersebut mungkin saja berdampak pada pendapatan penjual di pasar, namun itu adalah langkah yang harus diambil.
Jika tidak, akan banyak orang yang protes. Pasalnya jika mudik saja dilarang karena ditakutkan kerumunan terjadi, kenapa pasar juga tidak ditutup. Toh ternyata pasar juga menyebabkan kerumunan juga dan diperkirakan lebih parah.
Kericuhan pasar tanah Abang hari ini tentu harus diantisipasi dengan baik di hari berikutnya. Pemerintah kota Jakarta harus tegas, mengambil tindakan yang paling efektif untuk menekan penularan Covid-19. Jangan sampai, kasus Tsunami Covid-19 di India juga terjadi di Indonesia.