Kabar baik datang dari Negara Jepang. Dikabarkan jika pertumbuhan ekonomi Jepang mulai bangkit dari keterpurukan. Seperti yang diketahui, akibat adanya pandemi Covid 19 seluruh perekonomian dunia mengalami keterpurukan. Negara Jepang yang terkenal sangat maju, bahkan tidak dapat menghindari keterpurukan tersebut. Secara perlahan Jepang berhasil memulihkan perekonomiannya.
Mengalami Peningkatan Ekonomi, Berkat Tingginya Permintaan Ekspor
Data dari Kantor Kabinet menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Jepang pada periode Oktober-Desember mencapai 12,7%. Angka tersebut melebihi perkiraan pasar, yang diperkirakan hanya 9,5%. Meski mengalami kenaikan, banyak yang menilai jika laju pertumbuhan tersebut masih lambat, jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Pada kuartal sebelumnya atau kuartal II, pertumbuhan ekonomi negara Jepang mencapai 22,7%.
Melonjaknya pertumbuhan tersebut, disebabkan oleh dorongan dari permintaan yang terpendam. Pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan kenaikan, selama dua kuartal berturut-turut menjadi angin segar untuk Jepang. Pasalnya dengan kenaikan tersebut, Jepang diperkirakan dapat menutup 90% kerugian akibat pandemi Covid 19.
Yoshiki Shinke, selaku Kepala Ekonomi Daichi Life Research Institute mengatakan, jika ekonomi Jepang pulih lebih cepat dari perkiraan awal. Namun, Shinke mengatakan jika masih terdapat jarak untuk bisa normal kembali. Rebound Global pada manufaktur, menjadi tambang emas bagi ekspor Jepang. Negara Jepang melakukan penguatan ekspor kepada Cina, yang ekonominya juga sudah mulai menguat.
Permintaan ekspor bertambah 1,0% poin, yang totalnya menjadi 11,1%. Dari sektor belanja modal juga meningkat sebanyak 4,5%. Peningkatan tersebut dipicu oleh perusahaan yang mulai melakukan pengeluaran lagi, setelah sebelumnya ditunda akibat pandemi Covid 19. Konsumsi swasta juga naik 2,2%. Padahal konsumsi swasta diperkirakan, hanya akan naik sebanyak 1,8 %.
Tentunya hal tersebut sangat menguntungkan, karena konsumsi swasta lah yang membentuk lebih dari setengah perekonomian Jepang. Yusuke Simoda selaku Ekonom Senior mengatakan, jika langkah-langkah darurat dicabut Maret, maka ekonomi Jepang dapat pulih pada April hingga Juni. Untuk itu Simoda berharap, agar kasus Covid 19 Jepang menurun. Jadi ekonomi dapat pulih semakin cepat.
Sepanjang 2020, Ekonomi Jepang Mengalami Penurunan Drastis
Sebelumnya negara Jepang dikabarkan resesi, akibat dampak dari pandemi Covid 19. Pertumbuhan ekonomi Jepang diketahui menurun hingga 4,8 persen. Pada tahun 2009, Jepang juga pernah mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi seperti ini. Pertumbuhan ekonomi negatif tersebut disebabkan oleh, melambatnya laju pertumbuhan pada kuartal IV 2020.
Lambatnya laju pertumbuhan pada kuartal IV, disebabkan oleh perusahaan dan rumah tangga yang belum sepenuhnya terlepas dari pukulan ekonomi. Saat itu, pembuat kebijakan ekonomi Jepang diminta agar berhati-hati. Kebijakan yang dibuat harus tetap bisa mempertahankan ekonomi, ditengah langkah darurat yang diberlakukan untuk mengurangi Covid 19.
Namun pada akhirnya, salah satu kebijakannya tidak dapat direalisasikan. Akibat dari langkah darurat yang diberlakukan untuk mengurangi Covid 19, membuat ekonomi menjadi terpuruk. Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi Jepang menurun, dan terjadilah resesi. Namun kini, ekonomi Jepang mulai pulih dan bangkit.
Berkat peningkatan permintaan ekspor, Jepang bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi. Namun ada beberapa hal yang dikhawatirkan, dapat menjatuhkan ekonomi Jepang lagi. Yakni kebijakan Pemerintah Jepang, untuk menerapkan pembatasan baru. Kebijakan pembatasan baru tersebut akan dimulai pada Januari 2021. Ditakutkan jika kebijakan tersebut, dapat menghadirkan kembali resesi untuk negara Jepang.
Namun banyak yang berharap, jika kebijakan tersebut tidak akan memberikan dapat negatif untuk pertumbuhan ekonomi Jepang saat ini. Banyak yang berharap, jika negara yang mengalami resesi, dapat segera pulih seperti negara Jepang. Diharapkan jika perekonomian di seluruh dunia, dapat pulih dan normal kembali.