Masyarakat Indonesia dihebohkan dengan berita, mengenai raja sawit Sukanto Tanoto. Kabarnya Sukanto Tanoto membeli istana bekas Raja Ludwig, di Munchen, Jerman. Istana tersebut dibeli seharga 350 juta Euro atau 6 Triliun Rupiah. Akhirnya banyak masyarakat yang penasaran dengan sosok Sukanto Tanoto, berikut adalah profil singkat mengenai Sukanto Tanoto.
Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia
Nama Sukanto Tanoto sudah tidak asing lagi, di telinga para pengusaha Indonesia. Sukanto dikenal sebagai pendiri perusahaan Royal Golden Eagle (RGE). Tidak hanya dikenal sebagai pendiri RGE, Sukanto juga dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Dirinya memiliki kekayaan sebesar 19,6 Triliun Rupiah.
Dengan kekayaan yang dimilikinya, pria kelahiran 25 Desember ini berhasil menduduki posisi ke-22 dari 50 orang terkaya di Indonesia. Dalam peringkat dunia, Sukanto berhasil menduduki posisi ke-1.730. Sukanto Tanoto memulai bisnis pada tahun 1967, sebagai seorang pemasok dan kontraktor suku cadang.
Saat memulai bisnisnya, usia Sukanto baru menginjak 17 tahun. Meski masih sangat muda, Sukanto sangat gigih dalam melanjutkan bisnis keluarganya tersebut. Setelah melihat usahanya berkembang, Sukanto mulai membangun bisnis dan usaha lain. Salah satunya ialah RGE atau Royal Golden Eagle.
RGE merupakan sekelompok perusahaan manufaktur yang mengolah sumber daya. Dengan aset lebih dari USD 20 Miliar, dan 60.000 lebih tenaga kerja. Bisnis RGE meliputi empat operasional utama. Keempat bidang tersebut ialah Asian Agri dan Apikal (minta kelapa sawit), Sateri International dan APR (rayon dan pulp khusus).
Lalu Asia Pacific Resources International Holding Ltd dan Asia Symbol, atau disingkat APRIL (pulp dan kertas). Dan yang terakhir ialah Pacific Oil dan Gas (bergerak di bidang energi).
Dikenal Sebagai Raja Sawit Indonesia
Sukanto Tanoto dikenal sebagai pengusaha kelapa sawit Indonesia. Bahkan dirinya mendapatkan julukan Raja Sawit Sukanto Tanoto. Banyak yang menilai jika kesuksesan yang diraih oleh Sukanto, membuat derita banyak orang. Salah satu anggota Greenpeace Indonesia, Syahrul Fitra, memberitahu mengenai ‘dosa’ yang telah dilakukan oleh Sukanto.
Mulai dari perusakan hutan, konflik dengan masyarakat adat, hingga kejahatan ekonomi di Indonesia. Syahrul mengungkapkan jika RGE Group, yang dibawah naungan Sukanto telah merusak jutaan hektar hutan. Jutaan hektar hutan tersebut diubah menjadi perkebunan kayu, dan masih berlanjut hingga saat ini.
Syahrul juga menyatakan jika Sukanto bertanggung jawab atas kebakaran hutan, yang terjadi di Indonesia. Pada 2015 terjadi bencana hutan yang menghabiskan 2,6 juta lahan hutan, dan menyebabkan kerugian hingga 220 Triliun Rupiah. Tidak hanya rugi secara materi, kebakaran hutan tersebut menyebabkan 100 ribu lebih kematian dini.
Kemudian pada September 2019, terjadi kebakaran hutan yang menghabiskan 857.756 hektar lahan. Kebakaran tersebut terjadi hingga Oktober 2019, dan membuat jutaan orang merasakan dampak buruknya. Jutaan orang tersebut harus menderita, karena hidup dalam kepungan asap selama berbulan-bulan.
Dituding Menghindari Pajak dan Melakukan Pencucian Uang
Sukanto Tanoto mendapatkan tudingan dari Sven Giegold, seorang Anggota Parlemen Uni Drop. Giegold menilai maksud dari pembelian istana tersebut, ialah agar Sukanto bisa menghindari pajak dan melakukan pencucian uang. Pembelian terselubung tersebut dinilai sangat merugikan Jerman, Indonesia, dan Luxembourg.
Sven Giegold mengatakan jika Sukanto membuat rugi Jerman, hingga 20 Miliar Euro. Kerugian tersebut berasal dari tindak penghindaran pajak, yang dilakukan oleh Sukanto. Sementara itu pihak RGE Indonesia membantah seluruh tuduhan tersebut. Ignatius Purnomo selaku juru bicara perusahaan, mengatakan jika pembelian istana tersebut murni untuk berinvestasi
Dirinya juga mengatakan jika pembelian gedung yang dilakukan oleh raja sawit Sukanto Tanoto, telah sesuai prosedur dan persyaratan. Sukanto juga dikatakan membeli gedung tersebut secara profesional, dan sudah sesuai dengan Best Practices International.