You are here
Home > Berita Nasional >

Resmi, 3 Bank Syariah Milik BUMN Bernaung Dibawah Satu Atap Bank Syariah Indonesia

Bank Syariah Indonesia
Bagikan Artikel Ini

Penggabungan tiga bank syariah milik negara di Indonesia telah dimulai dengan penandatanganan Conditional Merger Agreement awal pekan ini. Per 1 Februari, BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri secara resmi akan bergabung dengan BRI Syariah (BRIS) untuk membentuk Bank Syariah Indonesia.

Bank Syariah Indonesia menjadi bank pada sektor syariah terbesar di Indonesia. Penggabungan disetujui pada rapat umum luar biasa BRIS – entitas yang bertahan dalam merger – pemegang saham, kata Hery Gunardi.

Hery Gunardi merupakan CEO (CEO) Bank Syariah Indonesia, dalam konferensi pers online, Rabu.

Gunardi, yang merupakan wakil presiden direktur raksasa keuangan Indonesia, Bank Mandiri, diangkat menjadi CEO. Pengangkatan tersebut dilakukan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Kementerian juga telah menyetujui struktur dewan direksi bank yang baru.

Dalam sistemnya nanti akan mencakup seorang CEO, dua wakil CEO, dan direktur perbankan grosir dan transaksi. Selain itu ada direktur perbankan ritel, penjualan dan distribusi, teknologi informasi dan operasi, manajemen risiko, kepatuhan dan modal manusia, serta keuangan dan strategi.

“Rencana merger ini sudah kami kerjakan sejak Maret. Kami akan melanjutkan persiapan agar semua proses bisa selesai sesuai jadwal,” kata Gunardi.

“Anggaran dasar, nama, logo, dan struktur organisasi sudah kami difinalisasikan. Semua ini telah disetujui oleh pemegang saham. ”

Menjadi Sektor Perbankan Syariah Terbesar

Proses selanjutnya adalah penggabungan cabang bank secara legal. Produk, teknologi IT untuk digital banking, dan sumber daya manusia juga akan digabungkan. Total aset yang digabungkan akan menempatkan Bank Syariah Indonesia di peringkat ketujuh atau kedelapan bank terbesar di Indonesia.

Gunardi menambahkan bahwa total asset yang dimiliki oleh Bank Syariah Indonesia akan emncapai anka Rp390 triliun dalam kurun waktu empat tahun mendatang. BSI juga akan memiliki total asset cabang perusahaan menyentuh angka 1200 di seluruh Indonesia,

Dengan penggabungan tiga bank syariah ini manajemen memastikan bahwa tidak akan ada yang terkena PHK. Sebelumnya banyak diberitakan terkait dengan rumor akan diadakan PHK setelah bernaung dalam satu atap.

Dilihat dari mangsa pasar, akan ada sebuah pertumbuhan yang signifikan. Dengan total penduduk muslim mencapai angka 230 juta ini akan menjadi sebuah kekuatan yang besar dalam sector syariah. Hal itu juga sesuai dengan yang dikatakan oleh Sis Apik Wijayanto selaku Direktur Hubungan Kelembagaan Bank BNI.

Sektor Syariah Berkembang Pesat

Hal ini akan memberikan dorongan yang signifikan bagi sektor syariah. Sebelumnya sektor syariah menjadi kontributor kecil bagi industri perbankan secara keseluruhan (sekitar 6% dari aset sistem). Hal itu dikarenakan kinerja keuangan yang biasanya tertinggal dari rekan-rekan konvensionalnya, meskipun terdapat potensi pertumbuhan yang signifikan.

BSI akan menempati peringkat kedelapan di antara 10 bank teratas Indonesia dalam hal aset. BSI akan masuk dalam 10 bank syariah teratas di dunia dalam hal kapitalisasi pasar.

Kartiko Wiroatmodjo, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara, mengatakan Bank Syariah Indonesia diharapkan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi keuangan syariah.

“Ini akan menjadi penasihat penerbitan sukuk global [produk keuangan yang sesuai dengan hukum Islam] bagi calon perusahaan Indonesia,” katanya.

Menurut Menkeu, merger tersebut dilakukan agar Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dapat mengoptimalkan potensi ekonomi dan keuangan syariahnya.

Dengan adanya merger, maka bank syariah memiliki potensi yang signifikan untuk meningkatkan efisiensi. Selain itu merger juga akan meningkatkan daya saing bank, didukung oleh profil dan sinergi perusahaan yang lebih kuat.

Kinerja bank syariah di Indonesia umumnya lebih lemah daripada bank konvensional. Hal tersebut dikarenakan biaya pendanaan yang lebih tinggi, operasi yang tidak efisien, standar penjaminan yang lebih lemah. Seringkali pengetahuan yang buruk tentang produk dan layanan yang tersedia di antara calon pelanggan menjadi kendala lainnya.

 

lilik sumarsih
Petualang,photographer dan penulis artikel tentang traveling dan alam liar

Leave a Reply

Top