Pengawal Revolusi Iran sudah menahan sebuah kapal tanker berbendera Korea Selatan di Teluk Persia. Para awak dalam kapal itu diketahui berasal dari Myanmar, Vietnam, Indonesia dan Korea Selatan.
Pemerintah Korea Selatan di Seoul telah mengonfirmasi penahanan kapal yang membawa bahan kimia itu oleh otoritas Iran di kawasan lepas pantai sekitar Oman dan meminta supaya tanker itu dibebaskan segera.
Peristiwa ini terjadi di tengah ketegangan antara Iran dan Korea Selatan terkait pembekuan dana Iran di bank-bank Korea Selatan berhubungan dengan sanksi Amerika Serikat.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengimbau supaya Iran membebaskan tanker berbendera Korea Selatan itu. Deplu AS menuding Iran mengancam kebebasan melakukan perjalanan laut untuk memperoleh kelonggaran dari sanksi ekonomi.
Di Balik Penahanan Tanker Berbendera Korea Selatan
Beberapa media Iran, termasuk televisi nasional Iran, menyatakan Pengawal Revolusi Iran menahan tanker sebab mencemari kawasan Teluk dengan bahan kimia.
Tasnim, kantor berita tidak resmi Iran, mempertunjukkan gambar speed boat Pengawal Revolusi mengiringi tanker Hankuk Chemi yang membawa 7.200 ton ethanol.
Menurut Deplu Korea Selatan, tanker tersebut ditahan di kota pelabuhan Bandar Abbas.
Sementara itu Armada Kelima Angkatan Laut AS yang bermarkas di Bahrain masih terus mengawasi situasi.
Pihak berwenang Iran belum mengomentari soal inisiden ini yang terjadi sebentar sebelum kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan ke Iran.
Iran Langgar Kesepakatan Nuklir 2015
Insiden penahanan tanker terjadi di hari yang sama saat Iran memberitahukan kembali melakukan perbanyakan uranium 20 persen di fasilitas nuklir bawah tanah.
Berarti Iran sudah melanggar kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan negara-negara adidaya. Ini kemungkinan menyulitkan upaya yang akan dijalankan Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden untuk kembali berunding dengan Iran.
Berita tersebut disambut dengan kecaman dari dunia internasional, termasuk oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang bersuara paling nyaring.
PM Netanyahu menyatakan upaya itu dimaksudkan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir.
Keputusan mengadakan perbanyakan uranium adalah salah satu dari sejumlah keputusan yang diloloskan Parlemen Iran minggu lalu. Ini imbas dari terbunuhnya ilmuwan nuklir ternama Iran yang disinyalir dilakukan oleh Israel.
Tanggal 1 Januari Badan Nuklir PBB (IAEA) mengatakan Iran sudah memberitahu rencana pengembangan uranium hingga 20% di fasilitas nuklir Fordow. Fasilitas ini berada di dalam tanah di kawasan pegunungan.
Iran sebelumnya telah melanggar kesepakatan batas dengan melakukan perbanyakan hingga 4,5% tetapi masih di bawah angka 20%. Senjata nuklir dapat diproduksi jika perbanyakan uranium mencapai 90%.
Menurut badan intelejen AS dan IAEA, Iran telah mempunyai program senjata nuklir terkoordinasi dan rahasia yang diberhentikan di tahun 2003. Akan tetapi Iran selalu membantah mempunyai program seperti itu.