Moderna, perusahaan farmasi Jerman akan membandrol calon vaksin Covid-19 sebesar USD25-37 atau kira-kira Rp 354 ribu-Rp 524 ribu setiap dosis.
Stephane Bancel, CEO Moderna menyatakan, harga itu bervariasi menurut jumlah pemesanan yang dilakukan.
“Karena itu harga vaksin buatan kami hampir sama dengan vaksin flu yang dipasarkan seharga USD10-50 (kira-kira Rp 141 ribu-708 ribu),” ujar Bancel sebagaimana dikutip dari Weltam Sonntag (WamS) di Jakarta, Minggu 22 November 2020 lalu.
Vaksin Covid-19 Dibandrol Murah
Bancel menceritakan, pada hari Senin 16 November 2020, salah seorang pejabat dari Uni Eropa menyatakan kalau Komisi Eropa ingin menjalin kontrak suplai jutaan dosis calon vaksin dengan Moderna yang harganya di bawah USD25 tiap dosis.
“Belum ada yang ditandatangani, tetapi kami nyaris mencapai kontrak dengan Komisi Uni Eropa. Kami ingin menyalurkankan ke Eropa dan tengah dalam pembicaraan,” ujar Bancel.
Ia mengimbuhkan, proses kerjasama sebentar lagi akan terikat dan penandatangan kontrak akan diadakan beberapa hari ke depan.
Vaksin Covid-19 Buatan Moderna Efektif Cegah Penularan Corona
Menurut hasil uji klinis tahap akhir, Moderna mengklaim vaksin produksi mereka 94,5% efektif mencegah penularan Covid-19.
Selain Pfizer dan mitranya, BioNTech, Moderna jadi pengembang vaksin kedua yang melaporkan hasil buatannya di luar ekspektasi.
Uni Eropa telah membahas mengenai vaksin Covid-19 eksperimental bikinan Moderna minimal sejak Juli 2020 lalu.
Vaksin Corona untuk Negara Berkembang
Sementara itu UNICEF (Dana Anak-Anak PBB) akan menyalurkan kira-kira 2 miliar dosis vaksin corona (covid-19) bagi negara-negara berkembang pada 2021.
Etleva Kadilli, Direktur Divisi Pasokan UNICEF, menyatakan kalau kira-kira 1M jarum suntik pun akan dikirim oleh UNICEF ke beberapa negara miskin, seperti Yaman, Afganistan, dan Burundi sebagai bagian dari COVAX.
Guna pendistribusian vaksin covid-19 itu, UNICEF telah bekerjasama dengan lebih dari 350 maskapai penerbangan dan perusahaan pengiriman.
“Kolaborasi yang tak ternilai ini akan berlangsung baik demi meyakinkan kapasitas transportasi ada dalam operasi bersejarah ini,” ucap Kadilli.
Kadilli menerangkan, COVAX yang dipimpin oleh Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan kelompok vaksin GAVI bertujuan untuk mencegah pemerintah menimbun vaksin covid-19, dengan fokus pada vaksinasi terhadap kelompok paling berisiko di setiap negara.
Dalam KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20 akhir pekan ini, para pemimpin dari 20 negara ekonomi terbesar di dunia tersebut berjanji untuk menjamin distribusi yang adil dari tes covid-19, obat-obatan, dann vaksin sehingga negara-negara miskin tidak tersisihkan.
Menurut WHO, sebelum pandemi corona menimpa, akses memperoleh vaksin tidak seimbang. Kira-kira 20 juta bayi tak mendapatkan vaksin yang sebetulnya bisa menyelamatkan mereka dari kesehatan yang buruk, kecacatan, kematian dan penyakit serius.
Fungsi UNICEF bresama COVAX bersumber dari statusnya selaku pembeli vaksin tunggal paling besar di dunia. Mereka menerima lebih dari 2M dosis vaksin tiap-tiap tahunnya untuk imunisasi berkala dan menanggapi wabah atas nama nyaris 100 negara.